Senin, 27 Juli 2009

PELUANG INVESTASI EMAS

PELUANG INVESTASI EMAS

Cermati Ekonomi Dunia Sebelum Membeli Emas

JAKARTA. Tatkala kondisi ekonomi tak menentu, emas akan menjadi incaran para investor. Mereka segera membuang instrumen investasi lain seperti saham dan buru-buru mendekap emas apabila krisis ekonomi melanda.

Tak pelak, harga emas semakin kinclong semasa krisis. Ambil contoh, Februari 2009, harga emas menjadi US$ 1.000 per troy ounce ( setara 31,1 gram), melonjak dari rata-rata US$ 750 per troy ounce selama tahun 2008.

Ketika ekonomi stabil dan pasar saham bergairah, harga emas pun turun. Kemarin (22/7) sekitar pukul 15.00 WIB, harga kontrak emas US$ 946,10 per troy ounce.

Pun demikian harga emas batangan. Sejak akhir 2008 hingga Februari 2009, harga emas batangan buatan PT Logam Mulia terus melambung.

Posisi tertinggi harga emas buatan unit usaha PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) itu tercapai 23 Februari 2009 lalu. Waktu itu, harga satu gram emas mencapai Rp 384.000. Di hari yang sama, harga emas di pasar dunia menembus angka US$ 1.000 per troy ounce.

Harga emas batangan berangsur-angsur turun seiring kegairahan pasar saham. Kemarin, harga emas batangan Logam Mulia seberat 1 kilogram dihargai Rp 316 juta atau Rp 316.000 per gram. Posisi itu naik sedikit dari Rp 315.000 per gram pada 16 Juni 2009.

Analis Asia Kapitalindo Berjangka Ibrahim menyarankan, untuk jangka pendek, sebaiknya investor menahan diri membeli emas batangan. "Harga emas saat ini sudah cukup tinggi dan berisiko tinggi," kata Ibrahim.

Adapun Direktur Asia Kapitalindo Berjangka Lie Ricky Ferlianto menilai, emas hanya cocok menjadi media investasi jangka panjang. "Horizonnya lima sampai 10 tahun, ini lebih bagus ketimbang di saham," katanya.

Country Representative World Gold Council (WGC) di Indonesia, Leo Hadi Loe memperkirakan, harga emas masih bisa naik sampai akhir tahun ini. "Semua tergantung pemulihan ekonomi dunia," kata Leo. Leo Hadi memang menyarankan investor selalu melihat faktor ekonomi dunia sebelum berinvestasi di emas. Sebab, apabila ekonomi membaik, harga emas cenderung melemah. Sebaliknya, jika ekonomi memburuk, harga emas cenderung mengkilap.

Sandy Baskoro, Herlina KD

SUMBER : http://www.kontan.co.id/index.php/investasi/news/18217/Cermati-Ekonomi-Dunia-Sebelum-Membeli-Emas

INVESTASI EMAS

Tabungan Rp 100 Juta pun Diborongkan Emas

Februari lalu, ia berhasil menangguk untung sekitar Rp 70 juta.

Heri Susanto, Anda Nurlaila

VIVAnews - Penurunan harga emas telah memicu orang rame-rame membeli emas. Sebagian konsumen membeli emas sebagai salah satu investasi dalam jumlah besar, lainnya membeli untuk dipakai sendiri.
Seorang konsumen yang baru saja membelanjakan uangnya Rp 100 juta untuk membeli emas, sebut saja Imas (35 tahun), mengaku mengambil tabungannya untuk membeli emas. "Harganya sedang turun, saya beli saja," katanya kepada VIVAnews, setelah transaksi di salah satu toko emas di kawasan Melawai Jakarta Selatan, Kamis 16 Juli 2009.
Menurut ibu rumah tangga ini, dirinya memang mengamati pergerakan harga emas. Kalau harganya turun, ia akan membeli. Tak tanggung-tanggung, Imas akan membelanjakan puluhan hingga ratusan juta duitnya untuk mengoleksi logam mulia tersebut.
Dia mengaku Senin lalu saat harga emas turun sekitar Rp 10 ribu/gram, dia juga membeli emas. "Walaupun harga hari ini sedikit naik tetapi tetap menguntungkan," katanya. 
Hal yang sama ia lakukan saat emas turun sekitar Oktober 2008 yang mencapai Rp 270 ribu/gram. Adapun emas 23 karat, harganya mencapai 230-240 ribu/gram. "Saya waktu itu membeli emas berupa perhiasan dan lempengan," ia mengungkapkan.
Pada saat harga emas mulai menanjak naik, Imas akan menjual kembali emas yang ia simpan. Februari lalu, ia berhasil memperoleh selisih sekitar Rp 70 juta setelah menjual sebagian emasnya dibandingkan harga saat membeli. Saat itu harga emas Rp 340 ribu/gram.
"Emas menjadi pilihan investasi selain deposito dan tabungan," katanya.

INVESTASI EMAS

Tabungan Rp 100 Juta pun Diborongkan Emas

Februari lalu, ia berhasil menangguk untung sekitar Rp 70 juta.

Heri Susanto, Anda Nurlaila

VIVAnews - Penurunan harga emas telah memicu orang rame-rame membeli emas. Sebagian konsumen membeli emas sebagai salah satu investasi dalam jumlah besar, lainnya membeli untuk dipakai sendiri.
Seorang konsumen yang baru saja membelanjakan uangnya Rp 100 juta untuk membeli emas, sebut saja Imas (35 tahun), mengaku mengambil tabungannya untuk membeli emas. "Harganya sedang turun, saya beli saja," katanya kepada VIVAnews, setelah transaksi di salah satu toko emas di kawasan Melawai Jakarta Selatan, Kamis 16 Juli 2009.
Menurut ibu rumah tangga ini, dirinya memang mengamati pergerakan harga emas. Kalau harganya turun, ia akan membeli. Tak tanggung-tanggung, Imas akan membelanjakan puluhan hingga ratusan juta duitnya untuk mengoleksi logam mulia tersebut.
Dia mengaku Senin lalu saat harga emas turun sekitar Rp 10 ribu/gram, dia juga membeli emas. "Walaupun harga hari ini sedikit naik tetapi tetap menguntungkan," katanya. 
Hal yang sama ia lakukan saat emas turun sekitar Oktober 2008 yang mencapai Rp 270 ribu/gram. Adapun emas 23 karat, harganya mencapai 230-240 ribu/gram. "Saya waktu itu membeli emas berupa perhiasan dan lempengan," ia mengungkapkan.
Pada saat harga emas mulai menanjak naik, Imas akan menjual kembali emas yang ia simpan. Februari lalu, ia berhasil memperoleh selisih sekitar Rp 70 juta setelah menjual sebagian emasnya dibandingkan harga saat membeli. Saat itu harga emas Rp 340 ribu/gram.
"Emas menjadi pilihan investasi selain deposito dan tabungan," katanya.