JAKARTA. Analis meramalkan, pergerakan emas awal pekan ini cenderung terbatas. Emas, berpeluang besar mengalami koreksi lanjutan.
Erwin Poernomo, Analis Valbury Asia Futures melihat meskipun akhir-akhir ini emas bergerak mengikuti aset risiko, emas fisik yang dipegang oleh global exchange traded funds telah naik ke level rekor tertinggi pada pekan lalu. "Hal ini mengisyaratkan adanya safe heaven buying akibat kekhawatiran investor," tutur Erwin.
Tapi, secara teknikal, Erwin membaca emas pada pekan mendatang masih dalam wilayah bearish. "Secara daily trend, intraday trend masih bearish. Jika rebound gagal break outside areal resistance kami di sekitar US$ 1.698,15-US$ 1.704,83 maka downside cenderung berkembang,” ujarnya.
Emas berjangka untuk pengiriman Februari turun 0,6% ke US$ 1.688,50 per ounce pada pukul 0:56 di Comex di New York (26/11). Harga tersebut telah turun 2,1% selama sepekan terakhir dan lebih kecil dari penurunan pekan sebelumnya yaitu 3,5%.
Penurunan emas selama pekan lalu cenderung diakibatkan oleh tekanan penguatan dollar AS. "Investor tak mau ambil risiko karena tidak ada berita positif dari Eropa. Orang-orang tersebut memilih pindah ke uang tunai," ujar Fain Shaffer, presiden Infinity Trading Corp di Medford, Oregon.
Analis juga melihat harga emas masih akan terus tertekan selama pekan depan. "Kami belum melihat permintaan emas fisik secara signifikan. Hati-hati, ada potensi penurunan lebih lanjut dan menuju US$ 1.650," hitung Marc Ground, analis Standard Bank Plc.
Oleh sebab itu, analis menyarankan bagi investor yang ingin masuk emas harus berhati-hati dan tidak terlalu agresif.***
Link Populer